Menantang Dahlan Iskan


Belakangan menteri Dahlan ramai berkicau di media massa ihwal banyaknya anggota DPR yang kerap meminta upeti kepada BUMN. Masa reses para wakil rakyat di Senayan-pun diwarnai rasa penasaran khalayak, mengenai siap-siapa saja anggota dewan yang dimaksudkan oleh juragan Jawa Pos Grup tersebut.
Reaksi pun bermunculan, sejumlah politisi senayan kebakaran jenggot. Wakil ketua komisi VII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Effendi Simbolon sempat menyerang balik dengan mengatakan kalau Dahlan pernah melakukan inefisiensi sebesarRp37 triliun sewaktu memimpin PLN. Namun rupanya khalayak berdiri tegak di belakang pak menteri.
Badan Kehormatan (BK) akhirnya mengagendakan pemanggilan terhadap Dahlan Iskan pada Senin lalu (5/11/12) guna mengklarifikasi statement Dahlan di media massa. Publik pun begitu menantikannya, rasa penasaran semakin membuncah, siapa sebenarnya 10 nama yang sudah dikantongi oleh menteri negara BUMN tersebut?

Antiklimaks
Namun kedatangan Dahlan ke DPR pada Senin lalu itu meruntuhkan kepercayaan publik terhadapnya. Alih-alih menyebutkan 10 nama anggota DPR yang terlibat pemerasan, pria nyentrik tersebut hanya menyerahkan dua nama kepada BK DPR. Dahlan pun disebut hanya bertutur kepada anggota BK, tanpa menyertakan bukti-bukti.
Publik pun bertanya, apakah Dahlan berbohong, atau takut? yang menjadi menarik kemudian adalah karena dua nama yang disebut, yaitu IL dan SM berasal dari partai Golkar dan PDIP. Golkar diketahui sering membelot terhadap koalisi pemerintah, sedangkan PDIP merupakan fraksi di DPR yang selalu mengkritisi kebijakan pemerintah SBY. Pertemuan 2 jam dengan BK pun berakhir dengan antiklimaks. Wartawan dan khalayak hanya disuguhi oleh keterangan pers yang pastinya kurang memuaskan.
Pantas saja, presiden SBY membiarkan kicauan Dahlan ini, karena partainya ternyata tidak diobok-obok oleh menterinya itu. Disi lain, muncul anggapan kalau Dahlan tidak mau merusak reputasinya karena temuan BPK yang menyatakan Dahlan melakukan inefisiensi selama menjabat Dirut PLN. Belum lagi, disebut-sebut petinggi di sejumlah BUMN merupakan orang-orang Dahlan sewaktu di Jawa Pos. Jika benar, kasihan rakyat terus menerus disuguhi politik pencitraan ala Dahlan.

Terlalu Genit
Dahlan yang sudah puluhan tahun menjadi wartawan, memang tahu betul apa yang dikehendaki oleh media untuk diolah menjadi berita. Tindak tanduknya sewaktu menjadi pejabat memang begitu seksi bagi media. Aksi koboy-nya di pintu Tol yang akhirnya membuatnya malu sendiri karena menggratiskan jalan Tol yang dikelola oleh swasta tak urung menghentikan tingkahnya yang genit.
Keuntungan Dahlan adalah kegenitannya tersebut difasilitasi oleh Jawa Pos Grup seantero Indonesia. Berita yang menyangkut bos-nya itu, terutama yang dinilai positif di mata publik tak pernah luput dari tiap halaman di lembaran media yang digawanginya. Jawapos Grup, dan media massa lainnya kini menjadi tools bagi Dahlan untuk menaikkan bargain position-nya. Namun lebih tepatnya, relasi Dahlan dan media lebih kepada simbiosis mutualisme, karena celoteh Dahlan adalah berita besar.
Hal ini memang tidak salah, itu merupakan kekuatan dan kelebihan Dahlan untuk mendongkrak pamornya. Tapi rasanya, rakyat sudah muak dengan pencitraan. Masyarakat Indonesia lelah setelah hampir 10 tahun dininabobokan oleh pencitraan pemimpinnya. Sudah saatnya pejabat bertindak konkret, bukan hanya memoles citra di media.

Dahlan harus Konkret
Sudah saatnya Dahlan melakukan langkah konkret bila memang ingin menaikkan pamornya dan berambisi untuk dilirik partai politik dalam kontestasi pilpres 2014 mendatang. Jika memang ingin mengabdi kepada rakyat sebaiknya jangan hanya Omdo (Omong Doang). Bila memang dirinya gerah dengan praktik korupsi, pemerasan, ada lembaga negara seperti polisi, kejaksaan, serta KPK yang siap untuk menuntaskannya.
Terkait dengan kicauannya lebih kurang di media massa soal oknum DPR yang kerap memeras BUMN, sejatinya tak perlu digembar-gemborkan. Apalagi hal itu sudah menjadi rahasia umum bahwa praktik persekongkolan antara eksekutif dengan legislatif memang seringkali terjadi.
Tak ada bedanya Dahlan dengan elite lainnya, termasuk presiden SBY bila hanya bisa mengeluh. Dahlan akan berbeda bila dia berani melaporkan dan mengungkapnya kepada KPK kalau ada penyimpangan dalam pengelolaan uang rakyat.
BK masih memberikan waktu lebih kurang seminggu untuk melengkapi data-data oknum DPR yang dituding memeras BUMN. Dan akhirnya, setelah ramai media menghujat Dahlan, Rabu lalu (7/11/12) menteri yang kerap melempar senyum itu kembali menyerahkan 5 nama anggota DPR yang diduga memeras BUMN. Penulis tentu mengapresiasi langkah tersebut, tapi semoga nama yang disebutkan bukan sebuah kompromi ditataran elite.
Setelah ini, semoga Dahlan menjadi lebih berani untuk menyambangi KPK. Karena pemerasan ataupun korupsi, kepada KPK-lah mengadunya, bukan kepada BK. Keberanian untuk melaporkan, tak hanya penyimpangan oleh lembaga lain, tetapi berbagai penyimpangan yang ada di lembaganya sendiri, tentu akan membuat Dahlan mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Bila kebenaran yang diperjuangkan, percayalah, berbagai pihak tentu mendukung, rakyat tidak tidur. Tapi hati-hati, jangan sampai mulutmu menjadi harimaumu pak menteri!

*Dimuat pada Harian Umum Suara Karya, Rabu 21 Nopember 2012 dan suarakarya online, 21 Nop 2012: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=315716

Comments

Popular posts from this blog

Refleksi Kaum Muda

Gerak Lambat Pendidikan

Hakikat, Tugas, dan Tangggung Jawab Manajerial