Sang Perintis Madagaskar

-->
Madagaskar, mendengarnya kita pasti akan langsung teringat dengan sekumpulan binatang-binatang seperti Singa, Zebra, Jerapah, serta Kudanil yang berusaha melarikan diri dari kungkungan kebun binatang di kota New York dan akhirnya terdampar di sebuah pulau sebagaimana yang digambarkan oleh film bertajuk “Madagaskar”.
Madagaskar sendiri merupakan sebuah negara pulau yang terletak 8000 km di sebelah Barat Daya Indonesia. Pulau yang terkenal dengan julukan “Great Red Island” ini pernah menjadi daerah jajahan Perancis dan baru merdeka pada tahun 1960.
Tidak banyak yang tahu mengenai Madagaskar sebagai sebuah negara, termasuk asal usul penduduk negara pulau yang terletak di Samudera Hindia tersebut. Orang Eropa yang pertama kali melihatnya adalah kapten Diogo Dias asal Portugis. Dias tak sengaja sampai ke Madagaskar karena kapalnya berubah haluan ditiup angin ketika hendak menuju India pada tahun 1500. Kapten kapal asal Portugis tersebut kemudian menamai Madagaskar St. Lawrence. Selanjutnya, pada tahun 1700-an, Perancis datang dan akhirnya berahsil menguasai Madagaskar pada tahun 1896.
Namun, jauh sebelum orang Eropa sampai ke daratan Madagaskar. Ternyata pulau yang dihuni oleh berbagai satwa endemik ini sudah lebih dulu didatangi dan dihuni oleh orang-orang Indonesia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan biologi molekular pimpinan Murray Cox asal Massey University, Selandia Baru mengungkap fakta tersebut. Menurut para ilmuwan ini, sekitar 1200 tahun yang lalu orang-orang Indonesia, terutama kaum perempuan telah menginjakan kakinya sekaligus menularkan peradaban di sebuah pulau terbesar ke-empat di dunia ini.
Penelitian yang dimuat dalam “British Journal Proceedings of the Royal Society B” ini mengambil sample dari 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 pulau serta 266 orang dari tiga etnik Malagasy (sebutan untuk penduduk Madagaskar) yang terdiri dari Mikea, Vizeo, dan Andriana Merina. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 22% sample memiliki ciri gen Polynesia, namun jarang ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat dan pada salah satu suku Malagasy, karakter ini ditemukan pada 1 dari 2 orang.
Lebih lanjut, Cox juga melakukan simulasi komputer. Guna mengetahui waktu kedatangan dan jumlah orang-orang Indonesia yang pertama kali mendarat dan tinggal di Madagaskar. Dari simulasi tersebut diperkirakan kelompok perempuan Indonesia sampai di Madagaskar pada tahun 830 Masehi, yaitu masa di mana kerajaan Sriwijaya merajai jalur perdagangan laut dunia.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa populasi awal di Madagaskar adalah 30 perempuan. 93% dari populasi tersebut (sebanyak 28 orang) berasal dari Indonesia. Sedangkan 3% lainnya (sebanyak 2 orang) berasal dari Afrika. Dari data tersebut Cox menyimpulkan bahwa penduduk Madagaskar saat ini sebenarnya adalah keturunan dari perempuan Indonesia, dengan sedikit kontribusi dari ras Afrika. Meskipun demikian, karena studinya berfokus pada Mitokondria DNA, yang notabnenya hanya bisa diwariskan melalui garis Ibu, Cox tidak menampik adanya kemungkinan laki-laki Indonesia juga datang ke Madagaskar bersama dengan perempuan-perempuan Indonesia. “Anda lihat bahwa kromosom Y Indonesia ada pada populasi penduduk Madagaskar saat ini. Kami juga mengetahui bahwa pria dan wanita Madagaskar saat ini berasal dari Indonesia, namun kami tidak tahu persis jumlah pria saat itu.” Jelas Cox sebagaiaman dikutip LiveScience (20/03/12).
Selain adanya faktor kesamaan gen antara generasi awal Madagaskar dengan orang-orang Indonesia, penduduk asli Madagaskar ternyata juga memiliki kesamaan linguistik dengan masyarakat Kalimantan. Bahasanya berasal dari bahasa Ma’anyan yang biasa dipakai oleh penduduk yang tinggal di lembah sungai Barito, Kalimantan. Selain itu, bahasa jawa, melayu dan sansekerta juga turut andil mempengaruhi bahasa orang-orang Madagaskar.
Bukti lain mengenai generasi awal Madagaskar berasal dari nusantara adalah adanya penemuan arkeologis, seperti perahu bercadik, peralatan besi, dan alat musik seperti angklung. Mereka juga membudidayakan tanaman pangan tropis, seperti padi, pisang, dan umbi-umbian yang tentunya dibawa dari daratan nusantara.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa orang Indonesia, terutama perempuannya berkontribusi melalui bahasa, budaya dan gen dalam menciptakan generasi orang-orang Madagaskar saat ini. Namun yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana perempuan-perempuan Indonesia bisa sampai ke Madagaskar yang jaraknya cukup jauh dari Indonesia?
Hipotesa pertama mengatakan bahwa daerah Madagaskar dijadikan sebagai daerah koloni dagang atau pusat pengungsian sementara bagi korban-korban ekspansi Sriwijaya. Kemungkinan terakhir adalah perempuan Indonesia secara tak disengaja sampai ke Madagaskar dengan menumpang kapal menuju Afrika dan mengalami kecelakaan.
Terlepas dari itu semua, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memang sudah eksis sejak dulu. Wilayah yang memang 75% nya adalah perairan di manfaatkan betul oleh nenek moyang kita untuk membangun pengetahuan bahari. Maka tak heran pengetahuan alamiah yang begitu kuat mengenai iklim, cuaca, arah angin membuat penduduk nusantara tak ragu untuk bertualang menjelajah lautan.
Dan yang paling menarik adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Muuray Cox dan timnya mengindikasikan bahwa peradaban nusantara sudah berkembang sejak dulu. Perempuan pun memiliki peranan yang cukup besar dalam sejarah ke-baharian di nusantara jauh sebelum Indonesia ada. Persinggungan geografis Indonesia yang berada pada jalur perdagangan internasional semakin menegaskan posisi nusantara sebagai “pelaku” yang diperhitungkan dalam sejarah perdagangan dan peradaban dunia.
Penemuan ini pun sejatinya bisa menjadi “cambuk” bagi Indonesia kontemporer untuk bangkit dalam keterpurukan. Berkaca pada sejarah bahwa nenek moyangnya yang menyandang predikat “tradisonal” malah lebih maju ketimbang nusantara kekinian yang berpredikat “modern” tapi sejatinya lebih tradisional ketimbang pendahulunya.

Comments

Popular posts from this blog

Refleksi Kaum Muda

Gerak Lambat Pendidikan

Hakikat, Tugas, dan Tangggung Jawab Manajerial